Contours of Curiosity: Footnotes, Fiction, and Fieldnotes

  • Esai ini ditulis untuk panel “Solidarity: On Political Text” pada Jakarta International Literary Festival 2025 Berselang beberapa bulan setelah bencana tsunami di tahun 2004, aroma roti hangat pernah menguar setiap sore di kota Banda Aceh. Roti-roti ini berbentuk bulat panjang dan dipanggang oleh para pekerja kemanusiaan asal Turki di oven darurat selama masa rehabilitasi dan…

  • tulisan ini terbit pertama kali di situs kritik film cinemapoetica.com pada 16 Maret 2025. Dua puluh tahun setelah tsunami menyapu pesisir barat Aceh, narasi tentang bencana masih didominasi oleh satu kata yang terus-menerus diulang dalam berbagai wacana publik: resiliensi. Ketangguhan dianggap sebagai tanda keberhasilan pemulihan, dan menjadi kata kunci dalam berbagai proyek pembangunan pascabencana. Dalam…

  • Disampaikan untuk Mimbar Selasar 2024. Rekaman pembacaan naskah bisa dilihat di sini. Assalamualaikum Wr. Wb., Salam sejahtera bagi Kita Semua, Om Swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan, Sampurasun, Saleum Teuka, selamat malam hadirin sekalian. Malam ini, Selasar Sunaryo mempertemukan kita semua dalam Mimbar Selasar yang bertajuk “Memandang Indonesia: Yang Terdepan, Terluar, dan Tertinggal.” Dan secara tidak…

  • Jatah Kemujuran

    nukilan naskah novel “Perkara Keramat” Seperti kesepakatan tak tertulis, sebagian besar warung makan di Banda Aceh hanya buka saat jam makan tertentu. Sebagian orang mengatakan, hal itu dilakukan agar rezeki tiap penjual makanan bisa terbagi rata dalam satu hari, sementara sebagian yang lain menyebut bahwa orang-orang di kota itu tidak ingin waktu mereka habis hanya…

  • Dalam surat-surat yang tidak aku kirim untukmu, aku merasa bisa bercerita tentang episode yang kusut ini. Segala sesuatu terasa seperti untaian benang lurus yang terus menjulur dari satu gulungan besar. Aku bisa terus menarik untaiannya hingga panjang dan tak terhingga, tapi kita paham bahwa itu tidak mungkin. Jadi untuk saat ini, aku harus memutus untaian…

  • Farrough Farrokhzad lahir pada 28 Desember 1934 dalam keluarga kelas menengah di Tehran, Iran. Ia memperoleh pendidikan hingga kelas sembilan sekolah umum, lalu belajar menjahit dan melukis, sebelum kemudian menikah di usia 17 tahun. Anak tunggalnya lahir setahun kemudian, dan dua tahun setelah itu ia berpisah dengan suaminya, lantas kehilangan hak asuh atas anaknya. Sepanjang…

  • Awal tahun lalu, saya mengikuti rangkaian belajar bersama Sekolah Pemikiran Perempuan, yang kemudian mempertemukan saya dengan kesempatan menulis manifesto secara kolaboratif. Proses di balik penulisan manifesto ini terangkum di bawah, dan telah dipublikasikan secara daring di laman Project Multatuli pada 9 Oktober 2022 serta di The Internationalist Newsletter Issue 10/2023. Membaca ulang manifesto ini, serta…

  • Saya mengingat hari-hari menjelang pengunduran diri Soeharto sebagai presiden selama tiga dekade secara samar-samar. Saat itu, saya berusia sekitar tujuh tahun, sedang melipat kain jemuran bersama kakak perempuan serta ibu saya, sambil menyaksikan Soeharto membaca pidato di televisi. Kami diam menyimak, tanpa tanggapan, mungkin karena ada banyak kain jemuran yang harus dilipat untuk kemudian disetrika.…

  • Uang kertas seribu rupiah yang menampilkan gambar Tjut Meutia menuai protes. Mengapa Tjut Meutia tidak berkerudung? Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI), Suhaedi, mengaku pemilihan gambar pahlawan di lembaran uang kertas sudah dipertimbangkan dengan matang melalui diskusi dengan berbagai pihak, termasuk pihak keluarga. “Semua foto pahlawan, setelah diskusi panjang dengan berbagai pihak, kita mintakan…

  • Aku dan jiwaku berbaring berdampingan Kami telanjang bagai dua kanak remaja Kami saling menatap seolah lama tak jumpa Ia tampak lebih tua waktu berlalu lekas baginya Sedangkan aku serupa dulu waktu telah lama berhenti sebab ia bukan milikku lagi Ke mana kau akan pergi bila akhirnya kita mati? Jiwaku tersenyum diam-diam Balik tanya hal sama…